"Selamat Berkunjung Ke Blog Kami"

"Pengajin Rutin Majlas 'Ainnuridho di Mushola AL-IKHSAN Setiap Malam Sabtu Pukul 20.00 Wib s/d Selesai,Pembacaan Ratibul haddad dilanjutkan pembahasan Fiqih Safinatun Najah,SESEORANG AKAN DIKUMPULKAN BERSAMA ORANG YANG DICINTAI-NYA " "Sekertariat Sdr Muhamad Imron di 08594320070 atau Sdr Sholeh Nugraha di 085216655001"

RENUNGAN

Jumat, 25 Februari 2011

Mutiara Perkataan Alhabib Abdullah Bin Alwi Alhaddad

  • Hendaklah engkau pada zaman seperti sekarang ini, tidak memilih duduk berbincang-bincang bersama seseorang, kecuali jika merasa yakin dapat memperoleh manfaat darinya dalam agamamu.
  • Ilmu apabila masuk dalam hati dinamakan nuur (cahaya), akan tetapi jika masuk ke dalam hawa nafsu dinamakan naar (api).
  • Janganlah kamu menggunjing terhadap muslim manapun, atau menjelek-jelekkannya di belakangnya, atau memata-matainya, atau mencari-cari kesalahannya, sebab semua itu dapat menimbulkan kemurkaan Allah terhadap dirimu sendiri.
  • Orang yang berbahagia itu adalah orang yang mampu mengikuti teladan para pendahulunya yang shalih, dan selalu menuntut dirinya sendiri agar menempuh jalan mereka yang lurus.
  • Pembicaraan seseorang yang ikhlas dan jujur laksana suatu cahaya dan berkah bagi pendengarnya, walaupun tidak fasih dalam menyampaikannya.
  • Pembicaraan seseorang dengan sifat riya’ dan memaksakan diri, adalah laksana kegelapan dan sia-sia, walaupun sangat fasih dalam menyampaikannya.
  • Perbanyaklah membaca Al-Qur’an, dengan penuh khusyuk dan tadabur (merenungi maknanya), dan sering-seringlah berdzikir secara rutin dengan penuh konsentrasi dan kehadiran hati.
  • Saya berpesan hendaknya kamu tidak merasa dirimu lebih baik dari orang lain. Apabila perasaan seperti itu terlintas dalam hatimu, sadarilah segera betapa kamu sudah seringkali melakukan kesalahan-kesalahan di masa lalu.
  • Saya berpesan kepada diri saya sendiri dan kepada saudaraku agar senantiasa bersikap rendah hati, terutama terhadap Allah serta hamba-hamba-Nya yang beriman, berlapang dada dan membersihkan hati dari rasa dendam, dengki dan permusuhan terhadap siapa pun di antara kaum muslimin.
  • Usahakanlah kalian selalu bersahabat dengan orang-orang yang berakhlak mulia agar dapat meneladani perilaku baik mereka dan sekaligus bisa mendapatkan keuntungan dari perbuatan dan ucapan mereka.
  • Biasakanlah pula untuk berkunjung kepada mereka yang masih hidup dan berziarah kepada mereka yang telah tiada disertai dengan rasa penuh keikhlasan, penghormatan dan penghargaan. Dengan demikian kalian akan mendapatkan manfaat dan limpahan barokah dari Allah melalui keberadaan mereka.
  • Pada zaman ini memang sedikit sekali manfaat yang dapat diperoleh melalui orang-orang yang shalih. Hal ini dikarenakan kurangnya penghormatan dan lemahnya husnuzh zhan terhadap mereka. Itulah sebabnya kebanyakan orang di zaman sekarang tidak memperoleh barokah dari mereka itu.
  • Orang zaman sekarang tidak bisa lagi menyaksikan berbagai peristiwa menakjubkan yang muncul karena kedudukan mereka yang telah memperoleh karomah dari Allah swt. Merekapun mengira bahwa pada zaman ini sudah tidak ada lagi orang-orang yang disebut sebagai wali. Dugaan yang demikian itu tidaklah benar sama sekali. Alhamdulillah para wali itu masih cukup banyak, yang tampak maupun yang tersembunyi. Namun tak ada yang bisa mengenali identitas mereka itu kecuali orang-orang yang telah mendapatkan anugerah cahaya kebenaran dan kebesaran Allah dalam hatinya dan mereka selalu berhusnuzh zhan kepada mereka.
  • Hindarilah bergaul dengan orang-orang yang berakhlak buruk dan bermoral rendah. Jauhilah pergaulan dengan mereka, karena dengan menjadikan mereka itu sahabat kalian, maka hanya kerugian dan malapetakalah yang akan kalian alami di dunia maupun di akhirat. Pergaulan seperti itulah yang membengkokkan sesuatu yang lurus, dan yang lebih parah lagi mengakibatkan rusaknya hati dan agama. Sungguh tepat apa yang dikatakan oleh seorang penyair : ”Orang yang berkudis takkan menjadi sehat kembali akibat bergaul dengan orang yang sehat, namun orang yang sehat gampang tertular penyakit akibat bergaul dengan orang yang berkudis.”
Sumber : majelisalanwar.com

Rabu, 23 Februari 2011

Sebuah SURAT dari Pejuang Hamas (GAZA) Untuk negri INDONESIA

“Untuk saudaraku di Indonesia, mengapa saya harus memilih dan mengirim surat ini untuk kalian di Indonesia. Namun jika kalian tetap bertanya kepadaku, kenapa? Mungkin satu-satunya jawaban yang saya miliki adalah karena negri kalian berpenduduk muslim terbanyak di punggung bumi ini, bukan demikian saudaraku?

Di saat saya menunaikan ibadah haji beberapa tahun silam, ketika pulang dari melempar jumrah, saya sempat berkenalan dengan salah seorang aktivis dakwah dari jama’ah haji asal Indonesia, dia mengatakan kepadaku, setiap tahun musim haji ada sekitar 205 ribu jama’ah haji berasal dari Indonesia datang ke Baitullah ini. Wah, sungguh jumlah angka yang sangat fantastis dan membuat saya berdecak kagum.

Lalu saya mengatakan kepadanya, saudaraku, jika jumlah jama’ah haji asal Gaza sejak tahun 1987 sampai sekarang digabung, itu belum bisa menyamai jumlah jama’ah haji dari negara kalian dalam satu musim haji saja. Padahal jarak tempat kami ke Baitullah lebih dekat dibanding kalian. Wah pasti uang kalian sangat banyak, apalagi menurut sahabatku itu ada 5% dari rombongan tersebut yang memnunaikan ibadah haji yang kedua kalinya, Subhanallah.

Wahai saudaraku di Indonesia,

Pernah saya berkhayal dalam hati, kenapa saya dan kami yang ada di Gaza ini, tidak dilahirkan di negri kalian saja. Pasti sangat indah dan mengagumkan. Negri kalian aman, kaya, dan subur, setidaknya itu yang saya ketahui tentang negri kalian.

Pasti ibu-ibu disana amat mudah menyusui bayi-bayinya, susu formula bayi pasti dengan mudah kalian dapoatkan di toko-toko dan para wanita hamil kalian mungkin dengan mudah bersalin di rumah sakit yang mereka inginkan.

Ini yang membuatku iri kepadamu saudaraku, tidak seperti di negri kami ini. Tidak jarang tentara Israel menahan mobil ambulanceyang akan mengantarkan istri kami melahirkan di rumah sakit yang lebih lengkap alatnya di daerah Rafah. Sehingga istri kami terpaksa melahirkan di atas mobil, ya di atas mobil saudaraku.!

Susu formula bayi adalah barang langka di Gaza sejak kami diblokade 2 tahun yang lalu, namun istri kami tetap menyusui bayi-bayinya dan menyapihnya hingga 2 tahun lamanya, walau terkadang untuk memperlancar Asi mereka, istri kami rela minum air rendaman gandum.

Namun, mengapa di negri kalian, katanya tidak sedikit kasus pembuangan bayi yang tidak jelas siapa ayah dan ibunya. Terkadang ditemukan mati di parit-parit, selokan, dan tempat sampah. Itu yang kami dapat dai informasi di televisi.

Dan yang membuat saya terkejut dan merinding, ternyata negri kalian adalah negri yang tertinggi kasus aborsinya untuk wilayah Asia. Astaghfirullah. Ada apa dengan kalian? Apakah karena di negri kalian tidak ada konflik bersenjata seperti kami disini, sehingga orang bisa melakukan hal hina seperti itu? Sepertinya kalian belum menghargai arti sebuah nyawa bagi kami disini.

Memeang hampir setiap hari di Gaza sejak penyerangan Israel, kami menyaksikan bayi-bayi kami mati. Namun, bukanlah di selokan-selokan atau got-got apalagi di tempat sampah. Mereka mati syahid saudaraku! Mati syahid karena serangan roket tentara Israel!

Kami temukan mereka tak bernyawa lagi di pangkuan ibunya, di bawah puing-puing bangunan rumah kami yang hancur oleh serangan Zionis Israel. Saudaraku, bagi kami nilai seorang bayi adalah aset perjuangan kami terhadap penjajah Yahudi. Mereka adalah mata rantai yang akan menyambung perjuangan kami memerdekakan negri ini.

Perlu kalian ketahui, sejak serangan Israel tanggal 27 Desember 2009 kemarin, saudara-saudara kami yang syahid sampai 1400 orang, 600 di antaranya adalah anak-anak kami, namun sejak penyerangan itu pula sampai hari ini, kami menyambut lahirnya 3000 bayi baru di jalur Gaza, dan Subhanallah kebanyakan mereka adalah anak laki-laki dan banyak yang kembar, Allahu Akbar!

Wahai saudaraku di Indonesia,

Negri kalian subur dan makmur, tanaman apa saja yang kalian tanam akan tumbuh dan berbuah, namun kenapa di negri kalian masih ada bayi yang kekurangan gizi, menderita busung lapar. Apa karena sulit mencari rizki disana? Apa negri kalian diblokade juga?

Perlu kalian ketahui saudaraku, tidak ada satupun bayi di Gaza yang menderita kekurangan gizi, apalagi sampai mati kelaparan, walau sudah lama kami diblokade. Sungguh kalian terlalu manja! Saya adalah pegawai tata usaha di kantor pemerintahan HAMAS sudah 7 bulan ini belum menerima gaji bulanan saya. Tetapi Allah SWT yang akan mencukupkan rizki untuk kami.

Perlu kalian ketahui pula, bulan ini saja ada sekitar 300 pasang pemuda baru saja melangsungkan pernikahan. Ya, mereka menikah di sela-sela serangan agresi Israel. Mereka mengucapkan akad nikah diantara bunyi letupan bom dan peluru, saudaraku.

Dan Perdana Menteri kami, Ust Isma’il Haniya memberikan santunan awal pernikahan bagi semua keluarga baru tersebut.

Wahai saudaraku di Indonesia,

Terkadang saya pun iri, seandainya saya bisa merasakan pengajian atau halaqah pembinaan di negri antum (anda). Seperti yang diceritakan teman saya, program pengajian kalian pasti bagus, banyak kitab mungkin yang kalian yang telah baca. Dan banyak buku-buku pasti sudah kalian baca. Kalian pun bersemangat kan? Itu karena kalian punya waktu.

Kami tidak memiliki waktu yang banyak disini. Satu jam, ya satu jam itu adalah waktu yang dipatok untuk kami disini untuk halaqah. Setelah itu kami harus terjun ke lapangan jihad, sesuai dengan tugas yang diberikan kepada kami.

Kami disini sangan menanti-nantikan saat halaqah tersebut walau hanya satu jam. Tentu kalian lebih bersyukur. Kalian punya waktu untuk menegakkan rukun-rukun halaqah, seperti ta’aruf, tafahum, dan takaful disana.

Halafalan antum pasti lebih banyak daripada kami. Semua pegawai dan pejuang HAMAS disini wajib menghapal Surah Al-Anfal sebagai nyanyian perang kami, saya menghafal di sela-sela waktu istirahat perang, bagaimana dengan kalian?

Akhir Desember kemarin, saya menghadiri acar wisuda penamatan hafalan 30 Juz anakku yang pertama. Ia merupakan diantara 1000 anak yang tahun ini menghafal Al-Qur’an dan umurnya baru 10 tahun. Saya yakin anak-anak kalian jauh lebih cepat menghapal Al-Qur’an ketimbang anak-anak kimi disini. Di Gaza tidak ada SDIT (Sekolah Dasar Islam Terpadu) seperti di tempat kalian yang menyebar seperti jamur di musim hujan. Disini anak-anak belajar diantara puing-puing reruntuhan gedung yang hancur, yang tanahnya sudah diratakan, diatasnya diberi beberapa helai daun kurma. Ya, di tempat itu mereka belajar, saudaraku. Bunyi suara setoran hafalan Al-Qur’an mereka bergemuruh dianatara bunyi-bunyi senapan tentara Israel. Ayat-ayat jihad paling cepat mereka hafal, karena memang didepan mereka tafsirnya. Langsung mereka rasakan.

Oh iya, kami harus berterima kasih kepada kalian semua, melihat solidaritas yang kalian perlihatkan kepada masyarakat dunia. Kami menyaksikan aksi demo-demo kalian disini. Subhanallah, kami sangat terhibur. Karena kalian juga merasakan apa yang kami rasakan disini.

Memang banyak masyarakat dunia yang menangisi kami disini, termasuk kalian yang di Indonesia. Namun, bukan tangisan kalian yang kami butuhkan , saudaraku. Biarlah butiran air matamu adalah catatan bukti akhirat yang dicatat Allah sebagai bukti ukhwah kalian kepada kami. Doa-doa dan dana kalian telah kami rasakan manfaatnya.

Oh iya, hari semakin larut, sebentar lagi adalah giliran saya menjaga kantor, tugasku untuk menunggu jika ada telpon dan fax yang masuk. Insya Allah, nanti saya ingin sambung dengan surat yang lain lagi. Salam untuk semua pejuang-pejuang Islam dan ulama-ulama kalian.



Wallahu'alam..

Rabu, 16 Februari 2011

HAK IBU LEBIH BESAR DARI PADA HAK AYAH


Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,,

Di dalam surat Al-Ahqaf ayat 15 Allah Subhanahu wa Ta’alaa berfirman :

“Artinya : Kami perintahkan kpd manusia supaya beruntuk baik kpd kedua orang tuanya, ibu mengandung dgn susah payah, dan melahirkan dgn susah payah (pula). Mengandung sampai menyapih ialah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umur sampai empat puluh tahun ia berdo’a, “Ya Rabb-ku, tunjukkilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yg telah Engkau berikan kpdku dan kpd kedua orang tuaku dan supaya aku dpt beruntuk amal yg shalih yg Engkau ridhai, berilah kebaikan kpdku dgn (memberi kebaikan) kpd anak cucuku. Sesungguh aku bertaubat kpd Engkau dan sesungguh aku termasuk orang-orang yg berserah diri”.

Ukuran terendah mengandung sampai melahirkan ialah 6 bulan (pada umum ialah 9 bulan 10 hari) di tambah 2 tahun menyusui anak jadi 30 bulan, sehingga tdk bertentangan dgn surat Lukman ayat 14. [Lihat Tafsir Ibnu Katsir]

Dalam ayat ini disebutkan bahwa ibu mengalami tiga macam kepayahan, yg pertama ialah hamil kemudian melahirkan dan selanjut menyusui. Karena itu kebaikan kpd ibu tiga kali lebih besar dari pada kpd bapak.

Dalam hadits yg diriwayatkan Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah.

“Arti : Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu ia berkata, “Datang seseorang kpd Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kpd siapakah aku hrs berbakti pertama kali ?’ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi ?’ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Ibumu!’ Ia berta lagi, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Ibumu!’, Orang tersebut berta kembali, ‘Kemudian siapa lagi, ‘Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, ‘Bapakmu’ “[Hadits Riwayat Bukhari (AL-Ftah 10/401) No. 5971, Muslim 2548]

Imam Adz-Dzhabai dalam kitab Al-Kabair berkata :
“Ibumu telah mengandungmu di dalam perut selama sembilan bulan seolah-olah sembilan tahun. Dia bersusah payah ketika melahirkanmu yg hampir saja menghilangkan nyawanya. Dan dia telah menyusuimu dari teteknya, dan ia hilangkan rasa kantuk krn menjagamu. Dan dia cuci kotoranmu dgn tangan kanannya, dia utamakan dirimu atas diri serta atas makanannya. Dia jadikan pangkuan sebagai ayunan bagimu. Dia telah memberikannmu semua kebaikan dan apabila kamu sakit atau mengeluh tampak dari kesusahan yg luar biasa dan panjang sekali kesedihan dan dia keluarkan harta untuk membayar dokter yg mengobatimu dan seandai dipilih antara hidupmu dan kematiannya, maka dia akan meminta supaya kamu hidup dgn suara yg paling keras.

Betapa banyak kebaikan ibu, sedangkan engkau balas dgn akhlak yg tdk baik. Dia selalu mendo’akanmu dgn taufiq, baik secara sembunyi maupun terang-terangan. Tatkala ibumu membutuhkanmu di saat di sudah tua renta, engkau jadikan dia sebagai barang yg tdk berharga disisimu. Engkau kenyg dalam keadaan dia lapar. Engkau puas dalam keadaan dia haus. Dan engkau mendahulukan beruntuk baik kpd istri dan anakmu dari pada ibumu. Dan engkau lupakan semua kebaikan yg pernah dia untuk. Dan rasa berat atasmu memelihara padahal ialah urusan yg mudah. Dan engkau kira ibumu ada di sisimu umur panjang padahal umur pendek. Engkau tinggalkan padahal dia tdk pu penolong selainmu.

Padahal Allah telah melarangmu berkata ‘ah’ dan Allah telah mencelamu dgn celaan yg lembut. Dan engkau akan disiksa di dunia dgn durhaka anak-anakmu kpdmu. Dan Allah akan membalas di akhirat dgn dijauhkan dari Allah Rabbul ‘Aalamin. Dan Allah berfirman di dalam surat Al-Hajj ayat 10 :

“Arti : (Akan dikatakan kpdnya), ‘Yang demikian itu, ialah disebabkan peruntukan yg dikerjakan oleh kedua tanganmu dahulu dan sesungguh Allah sekali-kali tdk pernah beruntuk zhalim kpd hamba-hambaNya”.

Demikianlah dijelaskan oleh Imam Adz-Dzahabi tentang besar jasa seorang ibu terhadap anak dan menjelaskan bahwa jasa orang tua kpd anak tdk bisa dihitung. Ketika Ibnu Umar menemui seseorang yg menggendong ibu beliau mengatakan, “Itu belum bisa membalas”. Kemudian juga beberapa riwayat[1] disebutkan bahwa seandai kita ingin membalas jasa orang tua kita dgn harta atau dgn yg lain, masih juga belum bisa membalas. Bahkan dikatakan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

“Arti : Kamu dan hartamu milik bapakmu” [Hadits Riwayat Ibnu Majah dari Jabir, Thabrani dari Samurah dan Ibnu Mas’ud, Lihat Irwa’ul Ghalil 838]

Sumber : http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=457&bagian=0



Wasalamu'alaikum,,

Minggu, 06 Februari 2011

Kisah Muhajirin dan Anshar

KISAH KAUM MUHAJIRIN

Kekejaman demi kekejaman, penghinaan, penganiayaan yang dilakukan kaum kafir Quraisy terhadap kaum muslimin yang berada di kota Makah semakin menjadi-jadi. Hal seperti ini membuat kaum muslimin melakukan hijrah ke daerah lain misalnya ke Habsyah. Akan tetapi walaupun demikian, masih banyak kaum muslimin yang tetap bertahan di kota Makah dengan suatu keyakinan bahwa pertolongan Allah pasti akan datang. Dengan demikian malah kaum muslimin semakin bertambah.

Bertambahnya kaum muslimin di kota Makah, dengan kesadaran sendiri yaitu sadar bahwa mengikuti ajaran yang diberikan nabi Muhammad SAW itu akan mendapatkan suatu kebahagiaan di dunia dan di akherat. Jadi masuknya Islam yang dikuti oleh kaum muslimin bukan karena pengaruh harta, jabatan apalagi tekanan atau kekerasan seperti yang digambarkan oleh kaum orientalis.

Walaupun banyak gunjingan, hinaan, cacian, makian, penganiayaan dan sederet hal yang tidak baik, para pengikut nabi Muhammad SAW tetap setia. Untuk menghindari kekejaman yang berkelanjutan dari kaum kafir Quraisy . Rasulullah SAW memerintahkan kepada pengikutnya untuk berhijrah. Kaum yang berhijrah atas perintah rasul tersebut kita kenal dengan sebutan kaum muhajirin.



Guna mempertahankan keyakinan, akidah islamiyah dan syari’atnya dan guna memperluas jaringan dakwah islamiyah maka kaum muslimin melakukan hijrah. Hijrah yang pertama dilakukan kaum muslimin yaitu ke negeri Habsyah secara sembunyi- sembunyi dan berskala kecil. Disana para kaum yang hijrah mendapatkan perlindungan dari Raja Najasi.

Kalau ke Habsyah hijrah secara sembunyi-sembunyi, maka untuk hijrah ke Yatsrib secara terang-terangan dan berskala besar. Kaum yang berhijrah ke Yatsrib ini banyak sekali pengorbaanannya, harta, keluarga, saudara, tahta dan lain sebagainya. Kaum Muhajirin ini berhijrah dengan tanpa bekal yang memadai artinya hanya sekadarnya saja. Hal ini tak lain dan tak bukan karena rasa keimanan yang teguh kepada Allah SWT.

Nabi Muhammad SAW sewaktu akan berhijrah ke Madinah tidak mengumumkan diri berhijrah yang diberi tahu hanya sahabat Abu Bakar dan beberapa keluarga dekatnya. Akan tetapi Allah SWT memberikan keberanian kepada Umar bin Khattab hijrah secara terang-terangan dan memberitahukan kepada kaum kafir Quraisy. Orang-orang yang berani menghalangi keberangkatan kaum muslimin ke Madinah akan menghadapi keberanian Umar bin Khattab.

Hijrahnya kaum muhajirin ini untuk berjuang di jalan Allah SWT dan untuk menyiarkan agama Islam. Bukan untuk tujuan seperti untuk memperoleh kedudukan, jabatan yang tinggi dan apalagi untuk menjajah bangsa lain. Semuanya murni karena Allah SWT.

Nabi Muhammad SAW, Abu Bakar dan Ali bin Abi Thalib ke kota Yatsrib. Para penduduk menyambutnya dengan hangat, dengan penuh kerinduan dan rasa hormat serta disambut dengan nasyid yang artinya;

Telah muncul bulan purnama dari Tsaniyatil Wadai’, kami wajib bersyukur selama ada yang menyeru kepada Tuhan Wahai yang diutus kepada kami. Engkau telah membawa sesuatu yang harus kami taati

Sejak itulah kota Yatsrib namanya ditetapkan menjadi Kota Madinah dan kaum Muhajirin menetap disana. Setelah menetap Nabi Muhammad SAW mulai mengatur strategi untuk membentuk masyarakat Islam yang terbebas dari ancaman dan tekanan yaitu dengan mempersaudarakan, mempertalikan hubungan kekeluargaan atara penduduk Madinah dengan orang-orang yang ikut hijrah dari Makah. Lantas Nabi Muhammad SAW mengadakan perjanjian untuk saling membantu antara kaum muslim dengan orang-orang selain muslim. Strategi ekonomi, sosial dan dasar-dasar pemerintahan Islam juga mulai disiasati sedemikian rupa.

Strategi Nabi mempersaudarakan Muhajirin dan Anshar untuk mengikat setiap pengikut Islam yang terdiri dari berbagai macam suku dan kabilah ke dalam suatu ikatan masyarakat yang kuat, senasib, seperjuangan dengan semangat persaudaraan Islam. Rasulullah SAW mempersaudarakan Abu Bakar dengan Kharijah Ibnu Zuhair Ja’far, Abi Thalib dengan Mu’az bin Jabal, Umar bin Khatab dengan Ibnu bin Malik dan Ali bin Abi Thalib dipilih untuk menjadi saudara beliau sendiri. Selanjutnya setiap kaum Muhajirin dipersaudarakan dengan kaum Anshar dan persaudaraan itu dianggap seperti saudara kandung sendiri. Kaum Muhajirin dalam penghidupan ada yang mencari nafkah dengan berdagang dan ada pula yang bertani mengerjakan lahan milik kaum Anshar.

Nabi Muhamad SAW dalam menciptakan suasana agar nyaman dan tenteram di kota Madinah, maka dibuatlah perjanjian dengan kaum Yahudi. Dalam perjanjiannya ditetapkan dan diakui hak kemerdekaan tiap-tiap golongan untuk memeluk dan menjalankan agamanya.

Secara terperinci isi perjanjian yang dibuat Nabi Muhammad SAW dengan kaum Yahudi sebagai berikut:

1. Kaum Yahudi hidup damai bersama-sama dengan kaum Muslimin

2. Kedua belah pihak bebas memeluk dan menjalankan agamanya masing-masing

3. Kaum muslimin dan kaum Yahudi wajib tolong menolong dalam melawan siapa saja yang memerangi mereka

4. Orang-orang Yahudi memikul tanggung jawab belanja mereka sendiri dan sebaliknya kaum muslimin juga memikul belanja mereka sendiri

5. Kaum Yahudi dan kaum muslimin wajib saling menasehati dan tolong-menolong dalm mengerjakan kebajikan dan keutamaan

6. Kota Madinah adalah kota suci yang wajib dijaga dan dihormati oleh mereka yang terikat dengan perjanjian itu

7. Kalau terjadi perselisihan diantara kaum yahudi dan kaum Muslimin yang dikhawatirkan akan mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan, maka urusan itu hendaklah diserahkan kepada Allah dan Rasul-Nya.

8. Siapa saja yang tinggal di dalam ataupun di luar kota Madinah wajib dilindungi keamanan dirinya kecuali orang zalim dan bersalah, sebab Allah menjadi pelindung bagi orang-orang yang baik dan berbakti.

KISAH PERJUANGAN KAUM ANSHAR

Semenjak peristiwa Isra’ Mi’raj, Nabi Muhammad SAW mengalami kendala dalam menyiarkan agama Islam di Makah. Tantangan dan hambatan yang bertubi-tubi dari kaum kafir Quraisy dihadapi Rasulullah SAW di Makah selama tiga belas tahun. Walau demikian pengikut Islam semakin bertambah banyak.

Realita yang demikian membuat kaum muslimin di Madinah mengajukan saran kepada nabi Muhammad SAW dan pengikutnya untuk segera berhijrah ke Madinah dan ajuan saran itu berulang kali. Ajuan saran ini terjadi pada tahun ke 13 kenabian dengan 73 orang penduduk Yatsrib dari kaum Khazraj ke Makah. Akhirnya ajuan saran tersebut direstui Nabi dan nabi Muhammad SAW berhijrah ke Madinah. Kaum muslim Madinah menjamin keselamatan Nabi Muhammad SAW beserta pengikutnya sebagaimana yang termuat dalam perjanjian Aqabah ke satu dan Aqabah ke dua.

Kaum Anshar semenjak mendengar keberangkatan nabi Muhammad SAW beserta pengikutnya yang akan hijrah ke Madinah banyak kaum Anshar yang menunggu kedatangan beliau berkerumunan, berdiri berjajar di pinggiran kota Madinah untuk menjemputnya. Urwah bin az Zubair berkata, “Kaum Muslimin di Madinah mengetahui kepergian Rasulullah SAW dari Makah. Setiap pagi, mereka pergi ke al Haarah menunggu kedatangan beliau hingga akhirnya mereka harus pulang karena teriknya matahari. Suatu hari mereka terpaksa pulang setelah lama menunggu kedatangan beliau.

Ibnu al Qayyim berkata, “Dan terdengarlah suara hiruk pikuk dan pekik takbir di perkampungan bani “Amr bin Auf. Kaum muslimin memekikkan takbir sebagai ungkapan kegembiraan atas kedatangan beliau dan keluar menyongsong beliau. Mereka menyambutnya dengan salam kenabian, mengerumuni beliau sambil berkeliling diseputarnya sementara ketenangan telah menyelimuti diri beliau dan wahyupun turun. Allah SWT berfirman,

Arinya, Maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang Mukmin yang baik ; dan selain dari itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula.” (At Tahrim : 4)

Saat itu penduduk Madinah berangkat untuk menyambut. Moment yang istimewa yang tidak pernah disaksikan oleh penduduk Madinah sepanjang sejarahnya. Orang-orang Yahudi telah menyaksikan kebenaran berita gembira yang diinformasikan oleh Habquq. Hari itu merupakan hari yang bersejarah dan amat agung. Rumah-rumah dan jalan-jalan ketika itu bergemuruh dengan pekikan Takbir, Tahmid dan Taqdis (penyucian). Putri-putri kaum Ansahr melantunkan bait-bait puisi sebagai ekspresi kegembiraan dan keriangan.

Meskipun kaum Anshar bukan orang yang serba berkecukupan namun masing-masing individu berharap rumahnya disinggahi Rasulullah SAW beserta pengikutnya saat melewati satu-per satu rumah kaum Anshar. Tokoh masyarakat Madinah pun berlomba-lomba dalam kebaikan yaitu berupa menawarkan kesanggupannya untuk melindungi Rasuluullah SAW beserta pengikutnya dengan segala daya dan upaya yang mereka miliki.

Kaum Anshar menerima dengan baik kaum muhajirin dan bersedia untuk dipersaudarakan dan juga berani untuk berkorban untuk kaum muhajirin. Kaum Anshar menyembut dengan baik kehadiran kaum Muhajirin dan menyambutnya seperti menyambut saudaranya sendiri yang telah lama tidak bertemu.

Dengan demikian perjuangan kaum Anshar sangat luar biasa terhadap kaum muhajirin dan perkembangan Islam seterusnya.

Kamis, 03 Februari 2011

Jadi Pemuda Berkualitas? Siapa Takut?

Assalamu alaikum Wr.Wb

Setiap hari kami saksikan kesadisan
di luar logika,
juga pertikaian yang tak selesai
diiringi goyang bor patah-patah,
gosip para selebriti
serta gentayangan para hantu
setiap jamnya
Kami larut dalam kisah cinta
anak sekolah berseragam putih merah
putih biru dan putih abu-abu
sambil menertawakan si Yoyo, Cecep, Sin Chan, dan bidadari,
lalu sibuk mendukung bintang baru lewat SMS
Dari pagi sampai malam
kami menghafal televisi
kami cerna kelicikan, darah, goyangan,
dan semua jenis hantu
sambil mendebukan buku-bukuDi sekolah, guru bertanya
tentang cita-cita
dan sambil menguap panjang
kami menjawab
Kami ingin jadi orang paling berguna bagi negeri ini
seperti yang pernah dinasihatkan
orangtua, guru, pejabat, politisi, ulama, dan selebriti kami di televisi

(“Anak Televisi”, oleh Abdurahman Faiz)
Sebuah puisi yang cukup menohok dan menghenyakkan saya. Betapa tidak? Faiz, peyair yang masih duduk di Sekolah Dasar tersebut, sudah dapat meluncurkan kata-kata sederhana tapi tajam tentang sosok anak-anak muda Indonesia sekarang. Sebuah hal yang bahkan saya kurang sadari... bahwa saat ini yang hilang dari mayoritas pemuda Indonesia, terutama pemuda Islam, adalah semangat dan kesungguhannya untuk benar-benar menjadi orang paling berguna bagi negeri dan pemuda berkualitas. Bukan lagi sekedar kata-kata hafalan tanpa makna seperti yang disinggung Faiz dalam puisi di atas , “...sambil menguap panjang kami menjawab, kami ingin jadi orang paling berguna bagi negeri ini, seperti yang pernah dinasihatkan orangtua, guru, pejabat, politisi, ulama, dan selebriti kami di televisi.”

Hal tersebut memang benar adanya. Banyaknya artikel-artikel di media cetak tentang kenakalan anak muda. Mereka lebih memilih mencari kesenangan pribadi daripada memberikan kesenangan dan manfaat kepada orang lain. Pemuda lebih suka menghabiskan waktu berjam-jam di depan komputer memainkan game favorit nya daripada memanfaatkannya untuk menghasilkan suatu karya yang lebih bermanfaat bagi orang banyak, ataui terhipnotis dengan acara televisi selama berjam-jam daripada melakukan amal shaleh. Kalau pemuda Islamnya seperti ini, bagaimana nasib umat Islam nantinya? Rasulullah SAW mengisyaratkan bahwa pemuda adalah salah satu dari lima pilar yang dibutuhkan untuk membangun negara tangguh selain pemimpin yang adil, ulama, wanita solehah, dan ummat yang baik. Seharusnya, kita sebagai pemuda/i Islam merasa tersanjung dengan hal tersebut kemudian berusaha melakukan yang terbaik untuk mewujudkannya. Dalam diri anak-anak muda terkumpul semangat besar, daya serap dan pikir yang cepat juga fisik yang masih prima. Karena peranan pemuda yang strategis itulah, Soekarno sampai berani mengatakan sesuatu yang masih dikenang dunia hingga sekarang, “Berikan kepadaku 1000 orang tua, aku sanggup mencabut Semeru dari uratnya. Tapi, berikan kepadaku 10 pemuda maka aku sanggup menggoncangkan dunia.”
Jika semua pemuda Islam di Indonesia bertekad untuk menjadi pemuda berkualitas, impian akan kejayaan Islam dan ketangguhan negara Indonesia nantinya, besar kemungkinan akan terwujud. Karena di hadapan kita – bisa jadi – akan muncul lagi pemuda-pemuda tangguh yang mengikuti jejak Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib, Mus’ab bin Umair; pemuda Yahya Ayyash, Imad Aqdil, Izzudin Al Qasam, dan pemuda-pemuda lainnya. Kita merindukan para pemuda yang berseru ..
“Kita adalah pemuda Islam yang setiap kali jantung berdetak selalu terpompakan oleh semangat aqidah…. yang menjadikan Allah sebagai tujuan, al-qur’an dan As-Sunnah sebagai pedoman, Rasulullah Saw sebagai tauladan dan syahid adalah cita-cita perjuangan. Allahuakbar…!!“


(leni.csui05.org)