"Selamat Berkunjung Ke Blog Kami"

"Pengajin Rutin Majlas 'Ainnuridho di Mushola AL-IKHSAN Setiap Malam Sabtu Pukul 20.00 Wib s/d Selesai,Pembacaan Ratibul haddad dilanjutkan pembahasan Fiqih Safinatun Najah,SESEORANG AKAN DIKUMPULKAN BERSAMA ORANG YANG DICINTAI-NYA " "Sekertariat Sdr Muhamad Imron di 08594320070 atau Sdr Sholeh Nugraha di 085216655001"

RENUNGAN

Kamis, 27 Januari 2011

Keteladanan Dari Ahlul Bait Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam

Sahabat yang mulia Ali ibn Abi Thalib Karramallahu Wajhah hendak melamar Putri Rasulullah yang mulia Fathimah, beliau menjumpai Rasulullah, saat ia akan masuk ke rumah Rasulullah ia merasa malu, Rasulullah memahami apa yang dimaksud oleh Ali, maka beliau berkata: ''Sepertinya kamu menginginkan Fathimah ''
Ali menjawab :'' Benar ya Rasulallah''
Rasulullah: ''Apakah kamu membawa sesuatu?''. (maksudnya mahar)
Ali menjawab: ''Demi Allah aku tidak punya apa-apa''.
Ali memang tidak punya apa-apa tapi ia punya iman, tauhid, ia punya Allah yang selalu disembahnya.
Rasulullah berkata:'' Mana baju besi huthamiyyah-Mu?''
Maka Ali menyerahkannya dalam kondisi sudah patah-patah yang nilainya tidak sampai 2 dirham, maka Rasul yang mulia menikahkannya dengan mahar itu.
Muhammad Iqbal, seorang penyair, melukiskan dalam bait-bait syairnya :
Putri siapakah dia? Istri siapakah dia? Ibu siapakah dia?
Siapakah manusia yang dapat menyamai derajatnya?
Ayahnya adalah Rasul yang paling Mulia,
Jibril telah mendidiknya dengan tauhid,
Dan Ali adalah suaminya,
Tiada yang ia serahkan pada suaminya selain pedang terhunus yang langsung dipegang tangan kanannya..
Suatu malam Rasulullah mengunjungi mereka, beliau ke rumah saat mereka sudah diperaduan, disinari cahaya temaram Fathimah berkata:'' Ya Rasulallah, aku menggiling gandum sampai tanganku kasar, aku menyapu hingga pakaianku kotor, adalah pelayan untuk membantuku?''.
Rasulullah menangguhkan permintaan putrinya yang sangat dicintai sampai beberapa malam,  kemudian Beliau datang lagi seraya bersabda : ''Maukah aku tunjukkan pada kalian hal yang lebih baik dari pembantu?''
Padahal bisa saja beliau memberinya emas atau perak juga pelayan, tapi Beliau menghendaki surga baginya yang kelak pada hari kiamat ia akan datang dengan onta dari cahaya yang tali kendalinya juga dari cahaya, dialah Fathimah binti Rasul yang senantiasa berhijab...
Disaat Rasul bertanya maukah aku tunjukkan yang lebih baik bagi kalian dari pada pembantu?
Rasulullah bersabda :''Apabila kamu berada diatas tempat tidurmu,  maka bertasbihlah 33x, bertahmidlah 33x, dan bertakbirlah 34x. Ini lebih baik bagi kalian daripada seorang pelayan''. (HR Bukhari Muslim)
Di saat sakaratul maut datang kepada Rasul, Fathimah mendekat kepada beliau lalu menangis, Rasul berkata padanya : ''Engkau adalah orang-orang pertama yang menyusulku''. Fathimah faham bahwa Ayahnya akan wafat,  karena itu kesedihannya makin bertambah..RasulUllah berkata: ''Mendekatlah kesini!''.
Fathimah lalu mendekat, Rasulullah berbisik :'' Tidakkah kamu puas jika kamu menjadi penghulu wanita surga?'' (HR Bukhari Muslim )
Setelah itu Fathimah tersenyum dan berhenti menangis...
Sungguh teladan yang kekal adalah Istri-Istri Nabi, Putri-Putri Beliau dan wanita-wanita mu'minah yang benar lagi shalihah...

Oleh : Ibnu Hasan Aththobari

Kamis, 13 Januari 2011

Setiap Manusia adalah Pemelihara

 “Semua Kalian adalah pemelihara (bagi anaknya, hartanya, dirinya), dan semua pemelihara akan ditanyai akan yang diasuhnya” ( Shahih Al Bukhari )

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Saudara saudariku yang kumuliakan
Sungguh Allah subhanahu wata’ala telah memuliakan hamba-hamba-Nya dan menciptakannya dengan kehendak-Nya. Dan segala kehidupan, seperti hewan, tumbuhan dan lainnya, Allah ciptakan dari air, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
وَاللَّهُ خَلَقَ كُلَّ دَابَّةٍ مِنْ مَاءٍ فَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي عَلَى بَطْنِهِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي عَلَى رِجْلَيْنِ وَمِنْهُمْ مَنْ يَمْشِي عَلَى أَرْبَعٍ يَخْلُقُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
( النور : 45 )
“Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” ( QS. An Nuur : 45 )
Dijelaskan di dalam kitab-kitab tafsir bahwa tidaklah satu makhluk hidup pun diciptakan kecuali salah satu kandungannya adalah air, sehingga menjadikan makhluk itu butuh pada air . Sebagian ahli tafsir mensyarahkan makna air adalah sebagai rahmat Allah subhanahu wata’ala yang tiada berhenti mengalir, karena makhluk Allah subhanahu wata’ala ada yang diciptakan dari api, ada yang diciptakan dari cahaya, namun Allah subhanahu wata’ala menciptakan segala makhluk hidup yang ada di bumi, yaitu makhluk yang memiliki jasad tentunya salah satu unsurnya adalah air. Sedangkan makhluk-makhluk lain seperti jin dan syaitan diciptakan dari api, serta malaikat diciptakan dari cahaya, maka tidak termasuk dalam kalimat دابة (daabbah) karena tidak memiliki jasad tertentu, namun sebagian pendapat mengatakan bahwa mereka juga termasuk dalam kalimat دابة namun kalimat “air” dalam ayat ini adalah sesuatu yang ma’nawi yaitu rahmat Allah subhanahu wata’ala yang terus mengalir . Sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
وَرَحْمَتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ
( الأعراف : 156 )
“Rahmat-Ku meliputi segala sesuatu” ( QS. Al A’raf : 156 )
Maka Allah (swt) mengatur makhluk-makhluk hidup, manusia dan hewan, ada yang berjalan dengan perutnya seperti ular, ada yang berjalan dengan kedua kaki dan ada yang berjalan dengan empat kaki, karena Allah menciptakan segala sesuatu dengan kehendak-Nya. Kehendak Allah tidak bisa dipastikan, hewan yang seharusnya berkaki empat, bisa Allah ciptakan dengan berkaki tiga atau lima, hewan yang selayaknya berkaki dua maka bisa Allah ciptakan dengan berkaki satu atau tiga, demikian Allah subhanahu wata’ala jika menghendaki sesuatu pastilah terjadi. Dari sini terbukalah rahasia-rahasia kemuliaan doa dengan firman-Nya :
إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
( النحل : 77 )
“Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu” ( QS. An Nahl : 77 )
Kalimat ini membuka rahasia harapan bagi mereka yang mau berharap kepada Yang Maha menentukan segala sesuatu (swt), Yang Maha memutuskan segala ketentuan (swt), jika mereka berdoa kepada Yang Maha berkuasa atas segala sesuatu (swt), sungguh hanya Dialah (swt) yang paling mampu merubah segala keadaan yang kita kehendaki, namun jangan terjebak dengan hawa nafsu apabila kita telah berdoa, yakinlah bahwa Allah pasti memilihkan yang terbaik untuk kita jika kita telah memohon kepadaNya. Allah subhanahu wata’ala berfirman :
يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
( البقرة : 185 )
“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur” ( QS. Al Baqarah : 185 )
Dan Allah berfirman dalam ayat yang lain :
وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
( البقرة : 216 )
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” ( QS. Al Baqarah : 216 )
Rahasia keluhuran dari kelembutan ketentuan Ilahi ditunjukkan disini Agar kita memahami apa-apa yang telah kita mohonkan kepada Allah (swt), namun belum Allah (swt) kabulkan maka barangkali hal itu belum baik untuk kita saat ini, dan pastilah Allah akan memberikan yang lebih baik dari yang kita minta, Allah tidak pernah memberi sesuatu yang sama seperti yang diminta oleh hamba-Nya, Allah pasti akan member hajatnya dan ditambah lagi pahalanya atau diberi penghapusan dosa sebab dia berdoa, sebagaimana firman-Nya dalam hadits qudsi:
يَاابْنَ آدَمَ إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِيْ وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَا كاَنَ مِنْكَ فَلاَ أُبَالِي
" Wahai keturunan Adam , jika engkau berdoa dan berharap kepadaKu niscaya Kuampuni dosa-dosa kalian tanpa Kupertanyakan lagi. " (HR Musnad Ahmad)
Besarnya harapan dan munajat menghapus dosa-dosa kita, maka ketahuilah bahwa mengampuni dosa adalah sesuatu yang mudah dan remeh bagi Allah subhanahu wata’ala, namun jangan kita meremehkannya, karena jika hal itu terjadi bisa saja Allah (swt) tidak mau mengampuni dosa-dosanya. Jika kita meremehkan dengan berfikir bahwa Allah (swt) pasti mengampuni dosa sehingga timbul dalam fikiran kita untuk tidak perlu menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, maka hal yang seperti itu bukanlah merupakan harapan atau prasangka baik terhadap Allah (swt), akan tetapi merupakan penghinaan makhluk terhadap Allah subhanahu wata’ala. Tentunya kita tidak dituntut oleh Allah melebihi dari kemampuan kita, kita tidak pula dipaksa lebih dari batas kemampuan, sebagaimana firman-Nya:
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ
( البقرة : 286 )
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya, Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.” ( QS. Al Baqarah : 286 )
Dari ayat ini kita memahami makna kelembutan Ilahi bahwa Allah (swt) tidak akan memaksa lebih dari kemampuan hamba-Nya, namun Rasulullah shaallallahu ‘alaihi wasallam memperjelas makna ayat ini dengan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam :
 اكْلَفُوا مِنْ الْعَمَلِ مَا تُطِيقُونَ
“Bebankan (lakukanlah) amal sesuai kemampuan kalian” (Shahih Bukhari)
Maksudnya bukan berarti memaksakan diri lebih dari kemampuan, tetapi jangan sampai jika kita masih mampu melakukan suatu ibadah namun hanya karena terjebak malas atau yang lainnya sehingga kita tidak mau melakukannya. Tetapi jika sampai pada batas kemampuan maka Allah tidak memaksakan untuk lebih lagi dari itu. Maka lakukan amal ibadah hingga batas kemampuan kita dengan berusaha dan berdoa selanjutnya kita pasrahkan kepada Allah subhanahu wata’ala atas ketentuannya. Tidak cukup dengan kita berdoa saja dan tidak mau berusaha, karena hal yang seperti itu seakan-akan kita memerintah Allah untuk menjadi budak kita dan memberikan segala yang kita inginkan. Dan tidak pula sebaliknya, hanya dengan berusaha saja tanpa berdoa kepada Allah, karena kita tidak memiliki nafas kita sendiri bagaimana kita merasa tidak butuh lagi berdoa kepada Allah, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
أَعْجَزَ النَّاسِ مَنْ عَجَزَ عَنِ الدُّعَاءِ
“Manusia yang paling lemah adalah orang yang paling lemah dalam berdo’a” (HR alma’jamul kabiir littabrani, syi’bul Imaan lilbaihaqi dll)
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Rasulullah menjelaskan bahwa yang dimaksud orang yang berani bukanlah orang yang mampu memukul yang lain atau menyerang, namun justru orang yang berani adalah orang yang mampu menahan amarahnya. Sebatas apa seseorang mampu menahan amarahnya maka sekadar itu juga keberaniannya.
Maka berhati-hatilah terhadap orang yang selalu sabar karena jika amarahnya memuncak, Allah akan memunculkan kekuatan kemurkaan Allah pula, karena Allah subhanahu wata’ala berfirman :
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ
( البقرة : 153 )
“ Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bersabar ” ( QS. Al Baqarah : 153 )
Allah senantiasa bersama orang yang bersabar, jika hamba yang bersabar sudah memaksakan diri dengan segenap kemampuan untuk bersabar sehingga ia tidak mampu lagi menahan kesabarannya, maka Allah subhanahu wata’ala akan turut bertindak untuk membantu hamba-Nya yang bersabar.
Demikianlah yang telah terjadi pada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Dimana beliau selalu bersabar atas musuh-musuhnya namun mereka terus-menerus menyakiti, menyerang, menganiaya dan lainnya sehingga beliau pun terpaksa membela diri karena memikirkan keadaan ummat beliau yang terus dibantai. Sehingga berapa banyak dari sahabat beliau yang dibantai namun beliau membiarkannya sampai beliau tidak lagi dapat menahannya, sehingga terjadilah perang Badr Al Kubra maka turunlah 5000 malaikat pertolongan dari Allah subhanahu wata’ala. Ketika itu Rasulullah telah terusir dan hijrah meninggalkan kampung halamannya namun masih saja terus dikejar dan diganggu juga, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membela diri bersama para sahabat dari kaum muhajirin dan anshar, demikian keadaan para hamba dari zaman ke zaman hingga malam hari ini, kekuatan Allah ada pada hamba yang bersabar. Maka bersabarlah karena kekuatan Allah akan bersamamu.
Saudara saudariku yang dimuliakan Allah
Rahasia keindahan Allah subhanahu wata’ala terus diulurkan kepada kita dengan munculnya hadits kepada kita, sehingga sampailah ucapan mulia ini dari lisan manusia yang paling suci dan indah :
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُوْلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya” 
Hadits ini teriwayatkan lebih dari 5 hadits dengan lafazh yang sama dan makna yang sama pula bahwa “Setiap kalian adalah pemimpin, pengasuh, atau pemelihara yang akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya, diasuhnya atau yang dipeliharanya”. Kalimat رَاعٍ mempunyai arti pengembala namun yang dimaksud adalah pengasuh, atau pemelihara sesuatu yang bersamanya, seperti seorang suami memelihara istrinya, seorang ibu menjaga anaknya, seorang anak menjaga hak-hak orang tuanya, atau seseorang yang mempunyai harta maka ia berkewajiban menjaga hartanya yang Allah berikan kepadanya. Seluruh kenikmatan akan dimintai pertanggungjawaban kepada manusia kelak di hari kiamat. Semua manusia akan dimintai pertanggungjawaban, jika ia pemimpin maka ia bertanggung jawab atas rakyatnya, jika ia rakyat maka ia bertanggungjawab untuk taat kepada pemimpin, demikian pula imam terhadap makmum dan sebaliknya, seorang imam harus menjaga agar makmum mengikuti imam, dan bagaimana seorang makmum harus mengikuti imam dan tidak mendahuluinya. Bahkan seseorang bertanggung jawab atas sel-sel di tubuhnya, manusia akan ditanyakan oleh Allah subhanahu wata’ala tentang kehidupannya, dan setiap nafas dan detik yang lewat pun ia bertanggung jawab atasnya. Namun rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan kejelasan bahwa orang yang baik dan selalu berusaha semampunya untuk berada dalam keluhuran dengan banyak bershadaqah dan senantiasa berbuat kemuliaan maka Allah akan membantunya dengan kemudahan di dunia dan akhirah, sebaliknya orang yang selalu berpaling dari kebenaran maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju kesulitan, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى ، وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى ، فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى
( الليل : 5- 7 )
“Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah.” (QS. Al Lail : 5-7 )
Sebaliknya orang yang kikir dan selalu berpaling dari kebenaran, maka Allah mudahkan baginya jalan kesulitan, dan kikir bukan hanya dalam harta saja, namun termasuk pula kikir terhadap usia dan malas dalam beribadah, sebagaimana firman-Nya:
وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَى ، وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَى ، فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى
( الليل : 8-10 )
“Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sulit.” ( QS. Al Lail : 8-10 )
Semoga Allah menjaga kita dan selalu menuntun kita pada kemudahan, amin.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Berkaitan dengan ayat ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ حُوسِبَ عُذِّبَ قَالَتْ عَائِشَةُ فَقُلْتُ أَوَلَيْسَ يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا قَالَتْ فَقَالَ إِنَّمَا ذَلِكِ الْعَرْضُ وَلَكِنْ مَنْ نُوقِشَ الْحِسَابَ يَهْلِكْ
“ Barangsiapa yang dihisab, maka ia disiksa”. Aisyah ra bertanya,”Bukankah Allah telah berfirman : “maka ia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah” ( QS. Al Insyiqaaq: 8), maka Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa sallam menjawab: “Hal itu hanyalah pembentangan, tetapi barangsiapa yang dipertanyakan dan diteliti hisabnya, maka ia akan celaka (mendapat azab)”.
Seseorang jika dipertanyakan satu saja tentang dosa seseorang maka hal itu sudah cukup untuk melemparkannya ke dalam api neraka. Jangankan sesuatu yang dosa, hal yang makruh saja jika dipertanyakan oleh Allah mengapa seseorang melakukan hal yang tidak disukai oleh Allah walaupun tidak dosa, maka satu pertanyaan itu akan membuat manusia lebur menjadi debu, betapa takut dan amlunya dihadapan Allah ketika Allah subhnahu wata’ala berfirman:
يَا أَيُّهَا الْإِنْسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيمِ ، الَّذِي خَلَقَكَ فَسَوَّاكَ فَعَدَلَكَ ، فِي أَيِّ صُورَةٍ مَا شَاءَ رَكَّبَكَ ، كَلَّا بَلْ تُكَذِّبُونَ بِالدِّينِ ، وَإِنَّ عَلَيْكُمْ لَحَافِظِينَ ، كِرَامًا كَاتِبِينَ ، يَعْلَمُونَ مَا تَفْعَلُونَ ، إِنَّ الْأَبْرَارَ لَفِي نَعِيمٍ ، وَإِنَّ الْفُجَّارَ لَفِي جَحِيمٍ ، يَصْلَوْنَهَا يَوْمَ الدِّينِ ، وَمَا هُمْ عَنْهَا بِغَائِبِينَ ، وَمَا أَدْرَاكَ مَا يَوْمُ الدِّينِ ، ثُمَّ مَا أَدْرَاكَ مَا يَوْمُ الدِّينِ ، يَوْمَ لَا تَمْلِكُ نَفْسٌ لِنَفْسٍ شَيْئًا وَالْأَمْرُ يَوْمَئِذٍ لِلَّهِ
( الإنفطار : 6-19 )
“Wahai manusia, apakah yang telah membuatmu kamu berpaling dari Tuhanmu Yang Maha Pemurah, Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang, dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu, Bukan hanya durhaka saja, bahkan kamu mendustakan hari pembalasan, Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan, Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam syurga yang penuh keni'matan, dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka, Mereka masuk ke dalamnya pada hari pembalasan, Dan mereka sekali-kali tidak dapat keluar dari neraka itu, Tahukah kamu apakah hari pembalasan itu?, dan, tahukah kamu apakah hari pembalasan itu?,  (Yaitu) hari (ketika) seseorang tidak berdaya sedikitpun untuk menolong orang lain. Dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah .” ( QS. Al Al Infithar : 6-19 )
Apa yang bisa kita jawab dengan partanyaan ini : “Wahai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu (berbuat durhaka) terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah?”. Sungguh indah firman Allah subhanahu wata’ala, seduatu yang akan terjadi kelak Allah ceritakan saat ini, hal itu adalah bukti cinta Allah kepada hamba-Nya. Allah memberitahukan ucapan yang akan ditanyakan kelak di hari kiamat agar manusia faham dan mengetahui apa yang akan dipertanyakan kelak. Misalkan murid yang akan menghadapi ujian, tidak akan mungkin guru memberitahukan soal-soal ujiannya dari jauh hari sebelumnya, tiada yang lebih baik melebihi Allah subhanahu wata’ala yang memberitahukan sesuatu yang akan ditanyakannya kelak. Semua guru akan berusaha menjaga agar semua pertanyaan tidak diketahui oleh muridnya, karena jika diberitahu kepada muridnya maka akan dikatakan khianat. Namun justru Allah memberitahu semua pertanyaan yang akan ditanyakan kelak, Allah bertanya dalm firman-Nya :
“Wahai manusia, apakah yang telah membuatmu kamu berpaling dari Tuhanmu Yang Maha Pemurah, Yang telah menciptakan kamu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikan (susunan tubuh)mu seimbang, dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusun tubuhmu, Bukan hanya durhaka saja, bahkan kamu mendustakan hari pembalasan, Padahal sesungguhnya bagi kamu ada (malaikat-malaikat) yang mengawasi (pekerjaanmu), yang mulia (di sisi Allah) dan mencatat (pekerjaan-pekerjaanmu itu), mereka mengetahui apa yang kamu kerjakan, Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam syurga yang penuh keni'matan, dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka, Mereka masuk ke dalamnya pada hari pembalasan, Dan mereka sekali-kali tidak dapat keluar dari neraka itu”.
Hadirin hadirat, mengapa Allah mengucapkan hal ini ? yaitu agar kita menghindari kejahatan. Jika tidak karena kasih sayang Allah kepada hamba-hamba-Nya, maka Allah akan diam saja tanpa memberitau hal ini kepada hamba-Nya, Allah akan biarkan saja jika seseorang berbuat baik maka dia akan menerima balasannya, dan jika seseorang berbuat jahat maka ia pun akan menerima balasannya. Namun Allah mengabrakannya kepada kita bahwa orang yang berbuat jahat atau zhalim kepada yang lain dia akan menempati tempat di neraka dan sebaliknya orang yang senantiasa mengerjakan keluhuran dia akan ditempatkan di tempat yang mulia, yaitu surge Allah. Hal itu Allah sampaikan kepada kita agar kita senantiasa mengerjakan kebaikan dan meninggalkan perbuatan jahat. Maka tidak seharusnya kita sangat membenci orang-orang yang berbuat jahat atau zhalim kepada kita karena Allah telah menentukan tempatnya kelak di neraka. Semoga orang-orang yang berbuat jahat dan berbaut zhalim diberi hidayah oleh Allah untuk bertobat, amin.
Firman Allah subhanahu wata’ala :
وَمَا أَدْرَاكَ مَا يَوْمُ الدِّينِ ، ثُمَّ مَا أَدْرَاكَ مَا يَوْمُ الدِّينِ ، يَوْمَ لَا تَمْلِكُ نَفْسٌ لِنَفْسٍ شَيْئًا وَالْأَمْرُ يَوْمَئِذٍ لِلَّهِ
) الإنفطار : 17 – 19 )
“Tahukah kamu apakah hari pembalasan itu?, dan, tahukah kamu apakah hari pembalasan itu?,  (Yaitu) hari (ketika) seseorang tidak berdaya sedikitpun untuk menolong orang lain. Dan segala urusan pada hari itu dalam kekuasaan Allah .” ( QS. Al Al Infithar : 17-19 )
Saat kita berkuasa atas diri kita sendiri walaupun tidak sepenuhnya, misalnya kita ingin bergerak maka dengan mengangkat tangan maka tangan bergerak, namun bisa juga kita ingin bergerak namun tidak bisa bergerak, dengan kehendak kita pula kapan kita ingin berkedip maka kita bisa berkedip, dan dengan kehendak Allah meskipun kita punya mata tapi tidak bisa melihat. Namun sebagian besar kita menguasai atas jasad kita yang telah diberikan Allah kepada kita kekuasaannya, maka di saat itu (hari kiamat) seseorang tidak bisa berkuasa atas dirinya, kemana dirinya akan pergi hal itu ditentukan oleh Allah subhanahu wata’ala, dan saat itu keputusan berada pada Allah subahanahu wata’ala. Allah telah putuskan jika orang yang cinta kepada orang yang selalu berbuat luhur maka ia kan bersamanya, dan orang yang cinta kepada nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah termasuk orang yang paling beruntung di saat itu. Semoga Allah mengumpulkan kita dengan mereka, amin.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Dan janganlah menghinakan orang yang terhina di dunia, barangkali orang itu termasuk orang yang mulia di sisi Allah, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :
رُبَّ أَشْعَثٍ مَدْفُوْعٍ بِالْأَبْوَابِ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللهِ لَأَبَرَّهُ
“Bisa jadi orang yang rambutnya kusut, berdebu, dan terusir dari pintu-pintu rumah, namun jika ia berdoa kepada Allah, Dia (Allah) pasti mengabulkannya” 
Maka bisa jadi seorang pengemis yang berbaju lusuh yang terusir dari rumah-rumah, jika ia bersumpah atas nama Allah maka Allah akan mengabulkannya doanya, jika ia marah atau tersinggung maka Allah akan mengabulkan doanya, maka berhati-hatilah terhadap kaum lemah dan orang susah yang terhina atau teraniaya jika berakhir kesabarannya maka Allah akan mengikuti kehendaknya karena perbuatan buruk kita kepadanya . Maka para sahabat medengarkan tuntunan sang nabi dengan seindah-indah keadaan, oleh karena itu orang-orang yang berkuasa tidak akan berani untuk berbuat zhalim kepada yang lemah, dan yang lemah pun menjadi tertolong dan terhibur oleh orang-orang yang diberi kekuatan oleh Allah dengan jabatan, harta atau yang lainnya.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Rasulullah telah menjelaskan kepada kita secara gambling bahwa walaupun masa atau generasi kehidupan kita jauh dari masa nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, 14 abad yang silam, namun Allah subhanahu wata’ala tidak melupakan kita, jauhnya jarak dan masa tidak bisa membuat Allah jauhSebagaimana dalam riwayat Shahih Al Bukhari ketika seorang sahabat bertanya kepada rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk mohon izin ikut hijrah namun beliau tidak mengizinkan karena dia dalam keadaan lemah dan sangat tidak memungkinkan, maka rasulullah berkata :
 فَاعْمَلْ مِنْ وَرَاءِ الْبِحَارِ فَإِنَّ اللَّهَ لَنْ يَتِرَكَ مِنْ عَمَلِكَ شَيْئًا
“Maka beramallah dari belakang lautan, sesungguhnya Allah tidak akan menyia nyiakan amalmu sedikitpun.”
Beramallah walaupun di seberang lautan, maksudnya adalah meskipun kita berada di tempat yang paling jauh sekalipun namun Allah melihat perbuatan kita dan tidak akan menyia-nyiakan amal perbuatan kita sedikitpun bahkan Allah akan memberi balasan lebih atas sesuatu yang kita perbuat. Allah tidak hanya memberi apa yang kita minta saja, namun Allah akan memberikan kepada kita tambahan pahala atau penghapusan dosa, walaupun doa ita bersifat duniawi, selama kita memanggil nama-Nya, maka Allah subhanahu wata’ala akan memberikan pahala selama doa itu bukan permohonan atas hal-hal yang munkar.

Wallahualam..
sumber:majelis rasulullah saw

Selasa, 11 Januari 2011

Meredam Kemurkaan ALLAH SWT

Seorang pria muda (sebutlah ia bernama amir) mendengar hadits-hadits dan ayat tentang mulianya bersedekah di jalan Allah, betapa mulianya ber infaq dengan shadaqatussir (sedekah secara sembunyi-sembunyi), sebagaimana hadits Rasul saw “Sedekah dengan sembunyi sembunyi memadamkan kemurkaan Allah” (HR Thabrani dg sanad Hasan)

Maka bangkitlah di hati Amir niat luhur untuk melakukannya, ia merasa telah banyak bermaksiat dan ia merasa ibadah-ibadahnya tak cukup untuk memadamkan kemurkaan Allah swt, dan iapun mulai mengumpulkan hartanya, setiap ia mendapat untung dari pekerjaannya selalu ia sisihkan untuk bersedekah secara sembunyi-sembunyi, siang malam ia terus berusaha dengan gigih mengumpulkan uang hingga setahun lamanya, terkumpullah sejumlah uang dinar emas yang cukup banyak jumlahnya.

Malam itu Amir menaruh seluruh uangnya itu dalam kantung besar, lalu ia berpakaian gelap dan penutup wajah hingga tak seorangpun mengenalinya, ia berjalan ditengah malam yang sunyi, tiba-tiba ia melihat seorang wanita yang tertidur di emper jalan, maka ia lemparkan kantong uangnya pada tubuh si wanita, si wanita pun kaget terbangun, dan hanya menyaksikan pria bercadar itu lari terbirit-birit. Amir membatin dalam hatinya? ?ah? wanita itu pasti berharap isi kantung itu adalah makanan, namun? MASYA ALLAH?SETUMPUK UANG DINAR?!!..wah.. dia pasti gembira dan mendoakanku..Puji syukur atas Mu Rabbiy, aku lelah setahun mengumpulkan uang untuk hal ini.., semoga Engkau menjadikannya shadaqah rahasia yang kau terima..

Keesokan harinya heboh lah kampung itu dengan kabar bahwa seorang wanita pelacur mendapat sekantung uang dinar emas ketika sedang menunggu pelanggannya??!, mendengar berita itu maka Amir terhenyak lemas.. ia membatin?, Subhanallah.. pelacur.. sedekahku yang kukumpulkan setahun ternyata ditelan pelacur!, ah.. sedekahku tak diterima oleh Allah.. hanya menjadi santapan wanita pezina dan penyebab orang berzina?naudzubillah?!

Amir muram dan sedih.. namun ia tetap penasaran, ingin agar sedekahnya diterima oleh Allah dan tak salah alamat, maka ia mengumpulkan lagi harta dengan lebih gigih lagi hingga setahun lamanya, setelah harta terkumpul ia membeli sebanyak-banyaknya perhiasan emas dan berlian, terkumpullah sekarung perhiasan beragam corak dan jenis.. ah.. ia puas memandang jerih payahnya.., iapun mengulangi perbuatannya, menggunakan penutup wajah dan membawa karung perhiasan itu ditengah malam.., tiba-tiba ia melihat seorang lelaki setengah baya yang sedang berjalan ditengah malam, wajahnya tampak kusut dan penuh kegundahan, maka si Amir pun melemparkan karung itu pada si lelaki dan berkata : ?terimalah sedekahku..!?, lalu iapun lari terbirit-birit, agar si lelaki itu tak mengenalinya.

Keesokan harinya kampung itu gempar, semalam ada seorang perampok yang ketiban rizki sekarung perhiasan dari lelaki misterius?, ah..ah.. Amir sangat lesu.. dua tahun sudah kukumpulkan uang dengan susah payah, tapi selalu salah alamat. Namun Amir masih juga penasaran.., ia kembali kumpulkan uang.. berlanjut hingga setahun, maka ia berbuat seperti tahun yang lalu lalu, menaruh uang dinar emasnya di kantung kulit, lalu berjalan ditengah malam.. ia melihat seorang tua renta yang berjalan tertatih tatih sendirian.. nah.. ini.. pasti tak salah alamat..gumam Amir.. iapun memberikan kantung Dinar Emasnya pada Kakek itu dan lari.

Keesokan harinya kampung itu gempar lagi, seorang Kakek yang menjadi orang terkaya di kampung itu mendapat sedekah sekantung emas dinar.. maka Amir pun roboh.. ia kapok.. berarti memang ia adalah pria busuk yang sedekahnya tak akan diterima oleh Allah, 3 tahun ia berjuang namun Allah menghendaki lain.., Amir pun berdoa : ?Rabbiy kalau kau menerima sedekahku itu maka tunjukkanlah?.

Zaman terus berlanjut tanpa terasa, puluhan tahun kemudian Amir sudah tua renta, di usia senjanya ia mendengar ada dua orang ulama adik kakak, keduanya menjadi ulama besar dan mempunyai murid ribuan, kedua Ulama itu anak yatim, ayah mereka wafat saat mereka masih kecil, lalu karena jatuh miskin maka ibunya akhirnya melacur untuk menghidupi anaknya, dalam suatu malam ibunya bermunajat pada Allah : ?Rabbiy, kuharamkan rizki yang haram untuk anak-anakku, malam ini berilah aku rizki Mu yang halal, lalu Ibu itu tertidur di emper jalan, lalu ada seorang misterius yang melemparkan sekantung uang dinar emas padanya, lelaki itu menutup wajahnya dengan cadar, maka sang Ibu gembira, bertobat, dan menyekolahkan anaknya dengan uang itu dan hingga kedua anaknya menjadi Ulama dan mempunyai murid ribuan banyaknya…

Airmata menetes membasahi kedua pipi Amir yang sudah tua renta, oh.. sedekah ku itu ternyata diterima Allah.. dan pahalanya dijaga Allah hingga berkesinambungan dengan anak-anak sipelacur yang menjadi ulama dengan uang sedekahnya, dan memiliki murid ribuan pula, Maha Suci Allah.. Dia tidak menyia-nyiakan jerih payahku.. namun apa nasibnya dengan sedekahku yang tahun kedua?, belum lama Amir membatin, datang pula kabar bahwa seorang Wali Allah barusaja wafat.., dia dulunya adalah perampok, suatu malam ia dilempari sekarung perhiasan oleh pria misterius, lalu ia bersyukur kepada Allah, beribadah dan beribadah, meninggalkan kehidupan duniawi, berpuasa dan bertahajjud, hingga menjadi orang yang Shalih dan Mulia, dan wafat sebagai dengan mencapai derajat Waliyullah (kekasih Allah) dan banyak pula orang yang bertobat ditangannya.

Amir semakin cerah wajahnya dan semakin malu kepada Allah, tak lama sampai pula kabar padanya bahwa telah dibangun sebuah rumah amal, yang selalu tak pernah sepi dikunjungi para pengemis, rumah amal itu selalu membagi-bagikan hartanya pada para Fuqara, rumah amal itu didirikan oleh seorang tua renta yang kaya raya di kampung itu, ia awalnya sangat kikir, namun suatu malam ia dihadiahi sekantung uang dinar emas oleh pria misterius, iapun malu dan bertobat, lalu menginfakkan seluruh hartanya untuk rumah amal.

Amir tak tahan menyungkur sujud kehadirat Allah swt, betapa luhurnya Dia Yang Maha Menjaga Amal nya yang tak berarti hingga berlipat-lipat dan berkesinambungan, ah.. Amir benar-benar telah mencapai cita-citanya.. yaitu sabda Rasul saw : “Sedekah secara sembunyi-sembunyi memadamkan kemurkaan Allah,” dan ia mendapatkan pahala yang terus mengalir tanpa henti, bagai menaruh saham dengan keuntungan berjuta kali lipat setiap kejapnya, betapa tidak?, apalah artinya sekantung uang dinar emas dibanding pahala sujud orang yang bertobat?, sedangkan kita mendengar hadits Rasul saw : “Dua raka’at Qabliyah Subuh lebih mulia dari dunia dan segala isinya”. Lalu bagaimana dengan pahala yang bertumpuk dari sebab amal sedekahnya yang tak berarti itu?, betapa beruntungnya si pria ini, dan betapa mulia derajatnya, dan merugilah mereka yang kikir dengan hartanya, yang merasa bahwa makan dan minumnya lebih berhak didahulukan daripada menjadikannya perantara yang mendekatkannya pada Keluhuran yang Abadi, ah.. semoga aku dan kalian dikelompokkan sebagai penanam saham untuk meneruskan tegaknya Dakwah Nabi Muhammad saw, amiin..

Sumber :
1 Penjelasan kitab Al Hikam oleh Al Allamah Alhabib Umar bin Hafidh, pada pesantren kilat 40 hari pada Jumaditsani 1425 H di Darulmustafa Tarim, Yaman.
2 Mukhtar Al Hadits

(Majelis Rasulullah)

Jumat, 07 Januari 2011

Kegelapan di Laut Dalam - Keajaiban Ilmiah Al Qur'an

Kegelapan di Laut Dalam - Keajaiban Ilmiah Al Qur'an

Gambar 15. Antara 3 hingga 30 persen cahaya matahari dipantulkan oleh permukaan laut. Selanjutnya, hampir semua warna dari spektrum cahaya akan diserap secara berturut-turut pada 200 meter pertama, kecuali warna biru.
Gambar 15. Antara 3 hingga 30 persen cahaya matahari dipantulkan oleh permukaan laut. Selanjutnya, hampir semua warna dari spektrum cahaya akan diserap secara berturut-turut pada 200 meter pertama, kecuali warna biru. (Oceans, Elder dan Perneta, hal. 27)

Gambar 16. Ombak dalam pada batas pertemuan dua lapisan air yang berbeda kepekatan. Satu lapisan pekat (di bawah) dan yang lainnya lebih encer (di atas). (Oceanography, Gross, hal. 204)
Gambar 16. Ombak dalam pada batas pertemuan dua lapisan air yang berbeda kepekatan. Satu lapisan pekat (di bawah) dan yang lainnya lebih encer (di atas). (Oceanography, Gross, hal. 204)

Allah berfirman di dalam Al Qur'an

أَوْ كَظُلُمَاتٍ فِي بَحْرٍ لُجِّيٍّ يَغْشَاهُ مَوْجٌ مِنْ فَوْقِهِ مَوْجٌ مِنْ فَوْقِهِ سَحَابٌ ۚ ظُلُمَاتٌ بَعْضُهَا فَوْقَ بَعْضٍ إِذَا أَخْرَجَ يَدَهُ لَمْ يَكَدْ يَرَاهَا ۗ وَمَنْ لَمْ يَجْعَلِ اللَّهُ لَهُ نُورًا فَمَا لَهُ مِنْ نُورٍ

Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun. (Al Qur'an, An-Nuur, 24:40)

Ayat ini menyebutkan kegelapan yang dapat ditemukan di laut dalam, di mana jika seseorang menjulurkan tangan ia tak akan bisa melihatnya. Kegelapan di dalam lautan dan samudera ditemukan sekitar kedalaman 200 meter ke bawah. Pada kedalaman ini, hampir-hampir tidak ada cahaya lagi (lihat gambar 15). Di bawah kedalaman 1000 meter, tidak ada cahaya sama sekali. Manusia tidak berkemampuan menyelam lebih dari kedalaman 40 meter tanpa bantuan kapal selam atau peralatan khusus. Manusia tak akan bertahan tanpa perlengkapan di bagian gelap dari lautan, semisal pada kedalaman 200 meter.

Gelapnya kedalaman laut ini hanya diketahui oleh para ilmuwan di masa sekarang melalui berbagai peralatan khusus dan kapal atau peralatan selam yang memungkinkan mereka menyelam ke kedalaman lautan.

Tanpa peralatan khusus, tidak mungkin manusia di jaman Nabi Muhammad mengetahui bagaimana bentuk kegelapan di dalam lautan. Ini membuktikan bahwa Al Qur'an diturunkan oleh Allah Yang Maha Mengetahui.

Kita juga melihat dalam penggalan kalimat dari ayat di atas yang berbunyi: "...yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan;" bahwa air di laut yang dalam diliputi oleh ombak dan di atas ombak ini ada ombak lain. Sangat jelas bagi kita bahwa lapisan ombak yang ke dua ini adalah ombak di permukaan laut yang biasa kita lihat, karena ayat tersebut menyebutkan adanya awan di atasnya. Tetapi bagaimana dengan ombak yang disebutkan pertama? Adakah ombak lain di bawah permukaan laut?

Para ilmuwan telah menemukan pada masa sekarang adanya ombak dalam (internal waves) yang "terjadi pada batas pertemuan dua lapisan air yang memiliki perbedaan kepekatan." (lihat gambar 16).

Ombak dalam terjadi pada permukaan lapisan air di kedalaman lautan karena ia memiliki kepekatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan air di atasnya. Ombak dalam berperilaku mirip ombak permukaan. Ia juga bisa pecah seperti ombak di permukaan laut. Namun ombak dalam tidak bisa terlihat oleh mata biasa. Ia hanya bisa dideteksi melalui peralatan canggih dengan mempelajari perubahan suhu dan kandungan garam pada suatu lokasi tertentu.


Wallahu alam..

Waktu Yang Diharamkan Untuk Sholat, 10 januari 2011

Assalamu'alaikum warahmatulallahi wabarakathu...

Diantarara dalil-dalil tentang waktu-waktu yang dilarang shalat adalah :
Diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim dari Abi Sa’id bahwa Nabi saw bersabda,”Tidak ada shalat setelah shalat ashar hingga terbenam matahari dan tidak ada shalat setelah shalat fajar hingga terbit matahari.”

Diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Ahmad dari ‘Amr bin Abasah yang berkata : “Saya bertanya,’Wahai Nabi Allah ceritakanlah kepadaku tentang shalat.’ Lalu Nabi saw bersabda,’Lakukanlah shalat shubuh kemudian tahanlah untuk melakukan shalat hingga terbit matahari dan terangkat naik karena ia terbit diantanra dua tanduk setan dan pada saat itu orang-orang kafir bersujud kepadanya. Kemudian kerjakanlah shalat karena shalat itu disaksikan dan dihadiri oleh para malaikat sampai engkau melakukan shalat ashar hingga terbenam matahari karena ia terbenam diantara dua tanduk setan dan pada saat itu orang-orang kafir sujud kepadanya.”

Imam Nawawi didalam syarhnya memberikan penjelasan tentang dua tanduk setan dengan menyebutkan beberapa pendapat, diantaranya ada yang mengatakan bahwa ia adalah kelompok dan pengikutnya, ada yang mengatakan bahwa ia adalah kekuatan, kemenangan dan tersebar luasnya kerusakan dan ada juga yang mengatakan bahwa ia adalah dua tanduk yang ada diujung kepala (lahiriyahnya) dan pendapat inilah yang kuat. Mereka mengatakan bahwa setan mendekatkan kepalanya ke matahari pada waktu-waktu ini agar tampak bahwa orang-orang kafir yang sujud kepada matahari seolah-olah sujud kepadanya (setan).

Pada waktu seperti ini setan dan para pengikutnya tampak menguasai dan mendominasi untuk bisa mengacaukan shalat orang-orang yang melakukannya, Maka dimakruhkan melaksanakan shalat pada saat-saat seperti itu demi menjaga shalatnya sebagaimana dimakruhkannya melaksanakan shalat di tempat-tempat yang mejadi tempatnya setan.

Riwayat lainnya oleh Jama’ah kecuali Bukhori dari Uqbah bin Amir berkata,”Ada tiga waktu yang Nabi saw melarang kami untuk melakukan shalat dan menguburkan mayat pada saat itu. Pertama, ketika matahari terbit hingga terangkat naik. Kedua, ketika tepat berada di tengah langit. Ketiga, ketika ia condong hendak terbenam.”

Dari ketiga hadits diatas didapat bahwa ada lima waktu yang dilarang melakukan shalat didalamnya, yaitu : setelah shalat shubuh hingga terbit matahari, ketika matahari terbit sampai terangkat naik kira-kira sepenggelah, ketika matahari tepat berada di tengah-tengah langit, setelah shalat shubuh hingga terbenam matahari dan saat terbenam matahari.

Kemudian jumhur ulama berpendapat bahwa shalat-shalat yang dilarang pada waktu-waktu tersebut adalah shalat-shalat sunnah, sementara Imam Syafi’i mengatakan bahwa ia adalah shalat-shalat sunnah yang tidak memiliki sebab, bebeda dengan para ulama Hanafi yang melarang melakukan semua macam shalat bahkan shalat fardhu sekali pun kecuali shalat ashar hari itu dan shalat jenazah.

Sedangkan ukuran yang yang dipakai didalam penentuan waktu-waktu yang dilarang shalat adalah dengan melihat keadaan dan kondisi matahari baik ketika ia terbit, naik, berada di tengah-tengah atau tenggelam dan hal ini lebih universal untuk bisa diterima oleh seluruh kaum muslimin di daerah dan negeri mana pun mereka berada. Lain halnya apabila penentuan itu dengan menggunakan jam—seperti petanyaan anda diatas—maka ini sangatlah relatif dan pasti terjadi perbedaan antara satu negeri dengan negeri lainnya, antara daerah Indonesia bagian barat dengan bagian timur, atau antara bulan ini dengan dua bulan berikutnya.

Adapun tentang apakah shalat dhuha yang anda lakukan antara jam 07.15 – 07.30 sudah masuk waktu shalat dhuha ataukah ia masih termasuk dalam waktu-waktu yang dilarang shalat ?

Sesungguhnya waktu shalat dhuha dimulai dari matahari yang mulai terangkat naik kira-kira sepenggelah dan berakhir hingga waktu matahari tergelincir, meskipun disunnahkan agar dilakukan ketika matahari agak tinggi dan panas agak terik, sebagaimana diriwayatkan Muslim, Tirmidzi dan Ahmad dari Zaid bin Arqam berkata,”Nabi saw keluar menuju penduduk Quba’ dan ketika itu mereka sedang melaksanakan shalat dhuha. Beliau bersabda,’Inilah waktu shalat al-awwabin (shalat dhuha), yaitu sewaktu anak-anak unta telah bangkit karena kepanasan cahaya matahari pagi.”

Ada yang mengatakan bahwa akhir waktu shalat dhuha kira-kira seperempat jam atau lebih sedikit sebelum masuk waktu zhuhur.

Dengan demikian apabila anda melakukan shalat dhuha pada pukul 07.15 maka ia sudah masuk kedalam waktu dhuha karena waktu dhuha berawal dari berakhirnya waktu yang dilarang atau pada saat matahari naik sepenggelah dan para ulama kontemporer mengatakan bahwa waktunya adalah kira-kira 15 menit setelah terbit matahari.

Dan pada umumnya waktu terbit matahari berkisar antara jam enam kurang atau lebih sedikit. Jadi apabila ditambah dengan 15 menit yang menjadi awal waktu shalat dhuha maka ia masih berada pada kisaran jam enaman.

Agar anda lebih tenang dalam melaksanakan shalat dhuha pada masa-masa selanjutnya maka anda bisa melihat daftar waktu shalat yang biasanya disana dicantumkan waktu syuruq (terbit matahari) maka akhir waktu yang dilarang adalah kira-kira 15 menit setelahnya.

Wallahu A’lam
(sumber:/www.eramuslim.com)




Rabu, 05 Januari 2011

DOA ABU NAWAS

Ilahi lastu lilfirdausi ahlan, walaa aqwa 'ala naaril jahiimi
Fahabli taubatan waghfir dzunubi, fainnaka ghafirudz- dzanbil 'adzimi....

Duh Gusti... tidak layak aku masuk ke dalam surga-Mu
tetapi hamba tiada kuat menerima siksa neraka-Mu
Maka terimalah taubatku dan ampuni dosaku
sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dosa ....

Dzunubi mitslu a'daadir- rimaali, fahabli taubatan ya Dzal Jalaali,
Wa 'umri naqishu fi kulli yaumi, wa dzanbi zaaidun kaifah -timali

Dosaku banyak bagaikan butir pasir di pantai,
maka terimalah taubatku, wahai Yang Memiliki Keagungan
Dan umurku berkurang setiap hari,
sementara dosaku selalu bertambah, apa dayaku?

Ilahi 'abdukal 'aashi ataaka, muqirran bi dzunubi wa qad du'aaka
fain taghfir fa anta lidzaka ahlun, wa in tadrud faman narju siwaaka

Ya Allah... hamba-Mu penuh maksyiat, datang kepada-Mu bersimpuh memohon ampunan,
Jika Engkau ampuni memang Engkau adalah Pemilik Ampunan,
Tetapi jika Engkau tolak maka kepada siapa lagi aku berharap ?